Welcome to EntriGaul.blogspot.com please leave your comment and thanks for visiting

Senin, 17 Juni 2013

BOOKS OFFER YOU A SECOND CHANCE

Membaca! Ini terdengar  sangat membosankan terutama bagi para remaja pada masanya, tetapi justru pada masa inilah seharusnya mereka menggunakan waktu mereka lebih banyak untuk membaca, karena menurut penelitian, otak manusia membutuhkan 25 tahun untuk berkembang sempurna pada usia 13 dan selesai sempurna pada usia 25 tahun. Pada masa inilah otak mengalami ledakan perkembangan yang sangat dasyat. Akibat dari ledakan ini munculah sikap unpredictable yang dilakukan oleh remaja. Perubahan tersebut bisa berupa impulsive, melawan orang tua atau ingin mencoba hal baru, gaya baju yang nyeleneh dll.
    Pada masa ini seorang remaja harus dikhawatirkan terutama jika sikap tersebut mengarah pada perilaku menyimpang atau negatif. Karena perilaku-perilaku tersebut akan melekat menjadi kepribadian mereka untuk jangka waktu yang sangat lama, bahkan bisa saja selama hidupnya. Menurut penelitian yang mendukung argumentasi ini “seseorang dapat melihat bagaimna mereka 10 tahun mendatang dengan melihat bagaimana mereka sekarang, apa yang mereka lakukan sekarang dan kebiasaan apa yang melekat pada diri mereka.  Jika pada saat remaja mereka sering mabuk-mabukan maka ketika dewasa nanti juga mereka akan seperti ini dan sebaliknya jika mereka senang membaca dan disiplin mereka juga akan menjadi orang yang memiliki nilai dan ilmu pengetahuan yang akan membawa mereka pada kesuksesan. Seperti filsuf yunani, Socrates, menyebutnya hukum sebab akibat. “Benih yang anda semai akan memberikan hasil yang sejenis dengannya”. Itu berarti jika kita menanam buah apel yang akan tumbuh adalah buah apel bukan buah melon, begitupun jika kita menanam kebiasaan baik maka kita akan menuai kebaikan dan sebaliknya.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) membaca adalah melihat serta memahami isi dari   apa yang tertulis. Membaca juga berarti suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang tertulis. Membaca adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang dapat menunjang pengetahuan kita. Tanpa budaya tulis dan baca sulit mambangun peradaban demikian ungkapan penyair inggris, Ts Eliot (1888-1965). Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan karena diakui atau tidak buku merupakan sumber informasi dan pengetahuan . bahkan majunya suatu negara dapat dilihat dari sejauh mana budaya baca dan tulisnya. Mari bercermin pada negera superior Jepang, satu-satunya negara di Asia yang mempunyai kedudukan sejajar dalam iptek dan perekonomian dengan raksasa dunia seperti Amerika. Mengapa sedemikian hebatnya? Karena mereka gemar membaca, atau paling tidak, gemar mencari informasi (yang tampak remeh sekalipun - dari orang lain). Bahkan banyak para artis yang mempunyai hobi membaca. Kecenderungan ini dipakai oleh para penerbit sebagai ajang promosi buku-buku mereka di televise, selain itu mereka juga pekerja keras dan memiliki disiplin yang tinggi dalam segala hal. Budaya baca masyarakat Jepang yang tinggi ini tentu saja merupakan efek timbal balik dari tingginya budaya tulis mereka. Sejak anak-anak mereka sudah dibiasakan membuat tugas menulis pengalamn di musim panas atau musim dingin.
“Membaca memberi kita kesempatan kedua.” Demikian ungkapan seorang presenter sekaligus magician Deddy Combuzer dalam acaranya Hitam Putih. Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan karena diakui atau tidak buku member kita pencerahan dan penyelesaian masalah melalui informasi yang disajikannya.
Inilah cerita saya berkaitan dengan kesempatan kedua yang saya dapatkan dari buku.
Saya sangat terpukul dan enggan untuk membuka lembar raport yang baru saja diberikan oleh ibu saya dalam satu semester ini, saya merasa menyesal karena hasil yang saya dapatkan tidak sesuai dengan harapan saya dan memang sebanding dengan kerja keras saya selama satu semester. Saya terlalu disibukan pada hal-hal yang sama sekali tidak membantu dalam proses belajar saya, saya tidak disiplin dan hampir mencapai angka maksimal dalam catatan kesiangan.  Saya merasa tidak bisa membuat diri saya bahagia meskipun ini adalah liburan panjang dan kejadian itu telah berlalu beberapa minggu lalu. Saya menyendiri, berkonsentrasi dan intropeksi diri dengan membaca sebuah buku karya Stephen R. Covey, Karim Asy-Syadzily dan Dr. Aidh Al Qarni yang berjudul Living 7 Habits, Ide Kecil Untuk Perubahan Yang Besar dan La-Tahzan. Selama liburan berlangsung saya mencoba membuka halaman demi halaman dan mencoba memahami kesalah yang saya buat selama ini, ternyata saya tidak disiplin waktu kesekolah, ibadah dan sering menunda,  saya terlalu berfokus pada pekerjaan yang hanya sia-sia saja seperti berlama-lama meninton tv, film atau dalam social network. Buku tersebut sangat berperan penting dalam menyelesaikan masalah saya, jika saja tidak ada buku ini mungkin saya tidak akan sedisiplin ini, atau mungkin saya terjebak dalam pikiran yang kosong dan berakhir pada perilaku negatif. Karena ini saya benar-benar menghimbau supaya kita rajin membaca buku, tentunya buku yang bermanfaat bukan novel atau cerpen yang bisa membangkitkan syahwat. Kita generasi penerus bangsa, di tangan kita nantinya negara ini berbuatlah dan berperilakulah sebaik mungkin tanamlah kebiasaan yang baik agar kita dapat menuai yang terbaik pula, bukan untuk orang lain, tapi untuk diri kita sendiri.
WUJUDKAN INDONESIA MEMBACA OLEH KITA SEMUA!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Content