Membaca! Ini terdengar sangat membosankan
terutama bagi para remaja pada masanya, tetapi justru pada masa inilah
seharusnya mereka menggunakan waktu mereka lebih banyak untuk membaca, karena
menurut penelitian, otak manusia membutuhkan 25 tahun untuk berkembang sempurna
pada usia 13 dan selesai sempurna pada usia 25 tahun. Pada masa inilah otak
mengalami ledakan perkembangan yang sangat dasyat. Akibat dari ledakan ini
munculah sikap unpredictable yang dilakukan oleh remaja. Perubahan tersebut bisa
berupa impulsive, melawan orang tua atau ingin mencoba hal baru, gaya baju yang
nyeleneh dll.
Pada
masa ini seorang remaja harus dikhawatirkan terutama jika sikap tersebut
mengarah pada perilaku menyimpang atau negatif. Karena perilaku-perilaku
tersebut akan melekat menjadi kepribadian mereka untuk jangka waktu yang sangat
lama, bahkan bisa saja selama hidupnya. Menurut penelitian yang mendukung
argumentasi ini “seseorang dapat melihat bagaimna mereka 10 tahun mendatang
dengan melihat bagaimana mereka sekarang, apa yang mereka lakukan sekarang dan
kebiasaan apa yang melekat pada diri mereka. Jika pada saat remaja mereka sering
mabuk-mabukan maka ketika dewasa nanti juga mereka akan seperti ini dan
sebaliknya jika mereka senang membaca dan disiplin mereka juga akan menjadi
orang yang memiliki nilai dan ilmu pengetahuan yang akan membawa mereka pada
kesuksesan. Seperti filsuf yunani, Socrates, menyebutnya hukum sebab akibat. “Benih
yang anda semai akan memberikan hasil yang sejenis dengannya”. Itu berarti jika
kita menanam buah apel yang akan tumbuh adalah buah apel bukan buah melon,
begitupun jika kita menanam kebiasaan baik maka kita akan menuai kebaikan dan
sebaliknya.
Menurut
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) membaca adalah melihat serta memahami isi
dari apa yang tertulis. Membaca juga berarti suatu cara untuk
mendapatkan informasi dari sesuatu yang tertulis. Membaca adalah salah satu
cara untuk mendapatkan informasi yang dapat menunjang pengetahuan kita. Tanpa budaya
tulis dan baca sulit mambangun peradaban demikian ungkapan penyair inggris, Ts
Eliot (1888-1965). Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan karena diakui atau
tidak buku merupakan sumber informasi dan pengetahuan . bahkan majunya suatu
negara dapat dilihat dari sejauh mana budaya baca dan tulisnya. Mari bercermin
pada negera superior Jepang, satu-satunya negara di Asia yang mempunyai
kedudukan sejajar dalam iptek dan perekonomian dengan raksasa dunia seperti
Amerika. Mengapa sedemikian hebatnya? Karena mereka gemar membaca, atau paling
tidak, gemar mencari informasi (yang tampak remeh sekalipun - dari orang lain).
Bahkan banyak para artis yang mempunyai hobi membaca. Kecenderungan ini dipakai
oleh para penerbit sebagai ajang promosi buku-buku mereka di televise, selain
itu mereka juga pekerja keras dan memiliki disiplin yang tinggi dalam segala
hal. Budaya baca masyarakat Jepang yang tinggi ini tentu saja merupakan efek
timbal balik dari tingginya budaya tulis mereka. Sejak anak-anak mereka sudah
dibiasakan membuat tugas menulis pengalamn di musim panas atau musim dingin.
“Membaca
memberi kita kesempatan kedua.” Demikian ungkapan seorang presenter sekaligus magician
Deddy Combuzer dalam acaranya Hitam
Putih. Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan karena diakui atau tidak buku
member kita pencerahan dan penyelesaian masalah melalui informasi yang
disajikannya.
Inilah
cerita saya berkaitan dengan kesempatan kedua yang saya dapatkan dari buku.
Saya
sangat terpukul dan enggan untuk membuka lembar raport yang baru saja diberikan
oleh ibu saya dalam satu semester ini, saya merasa menyesal karena hasil yang
saya dapatkan tidak sesuai dengan harapan saya dan memang sebanding dengan kerja
keras saya selama satu semester. Saya terlalu disibukan pada hal-hal yang sama
sekali tidak membantu dalam proses belajar saya, saya tidak disiplin dan hampir
mencapai angka maksimal dalam catatan kesiangan. Saya merasa tidak bisa membuat diri saya
bahagia meskipun ini adalah liburan panjang dan kejadian itu telah berlalu
beberapa minggu lalu. Saya menyendiri, berkonsentrasi dan intropeksi diri
dengan membaca sebuah buku karya Stephen R. Covey, Karim Asy-Syadzily
dan Dr. Aidh Al Qarni yang berjudul Living
7 Habits, Ide Kecil Untuk Perubahan Yang Besar dan La-Tahzan. Selama liburan berlangsung saya mencoba membuka halaman
demi halaman dan mencoba memahami kesalah yang saya buat selama ini, ternyata
saya tidak disiplin waktu kesekolah, ibadah dan sering menunda, saya terlalu berfokus pada pekerjaan yang
hanya sia-sia saja seperti berlama-lama meninton tv, film atau dalam social
network. Buku tersebut sangat berperan penting dalam menyelesaikan masalah
saya, jika saja tidak ada buku ini mungkin saya tidak akan sedisiplin ini, atau
mungkin saya terjebak dalam pikiran yang kosong dan berakhir pada perilaku negatif.
Karena ini saya benar-benar menghimbau supaya kita rajin membaca buku, tentunya
buku yang bermanfaat bukan novel atau cerpen yang bisa membangkitkan syahwat. Kita
generasi penerus bangsa, di tangan kita nantinya negara ini berbuatlah dan
berperilakulah sebaik mungkin tanamlah kebiasaan yang baik agar kita dapat
menuai yang terbaik pula, bukan untuk orang lain, tapi untuk diri kita sendiri.
WUJUDKAN
INDONESIA MEMBACA OLEH KITA SEMUA!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar